Rabu, 25 Juli 2018

ABANG (1)

Rabu, Juli 25, 2018 2 Comments
Abang namaku. Abang bukan merupakan panggilan untuk seorang laki-laki. Abang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti merah. Merah merupakan simbol keberanian. Mungkin itulah alasan kenapa orang tuaku memberi nama Abang. Mereka berharap aku memiliki keberanian seperti makna dari namaku.

Pagi itu suasana tak seperti biasa. Udara serasa menusuk tulang-tulangku ini. Suara adzan Subuh menguatkanku untuk beranjak dari tempat tidur. Betul, di dunia ini hanya Allah penenang hatiku. Jadi tak akan kulewatkan sedetik pun waktuku untuk mengadu pada-Nya. 

Air membasahi tiap bagian tubuhku. Dingin.... Suasana Subuh itu begitu tenang seperti biasanya. Adikku masih terlelap dalam tidurnya. Ayahku pun masih dalam mimpi indahnya. Mungkin ayah sedang bertemu ibu dalam mimpinya. Setelah kulirik satu per satu orang-orang yang kusayang, aku melanjutkan langkahku untuk sholat Subuh.



Dalam tiap doaku, aku memohon agar Allah menguatkan langkahku. Menjaga ayah dan adikku. Alhamdulillah, Allah sayang dengan kami. Diusiaku yang ke-16 tahun, ibu tempatku bermanja Dia panggil. Nikmat penyakit kanker payudara yang diberikan Allah kepada ibulah yang membuat kami sekarang hidup bertiga.

"Abaaaang." lamunanku buyar mendengar teriakan ayah
"Iya yah. " Bergegas aku menghampiri ayahku. Ternyata lelaki separuh baya yang berprofesi sebagai sopir itu sudah berada di dapur menanak nasi untuk kami. 
"Abang, setelah mandi, ayah akan berangkat. Nasi sudah ayah tanak di magic com, kamu tinggal beli sayur di warung depan."
"Oke yah.."
"Oya, jangan lupa si Ageng dibangunin."

Begitulah rutinitasku tiap pagi setelah ibu meninggal dunia. Pagi setelah ayah kerja, aku dan Ageng adikku pergi ke sekolah

**

Matahari mulai tersenyum menyambut siswa SMA Negeri 1 Makmur. Pak Paijo satpam SMA pun sudah pasang muka syerem. Sesekali melotot dan memainkan kumisnya yang tebal dan panjang. Ingat Pak Raden? Nah, seperti itulah Pak Bejo. Namun, beliau kurus seperti artis Doyok. Galak sih, tapi jika sudah marah, kami terkadang menahan tawa karena gesture beliau yang lucu.

"Pagi Pak Bejo." Sapaku
"Pagi." Jawaban Pak Bejo selalu singkat

Dari kejauhan terdengar nyaring suara merdu itu. Suara renyah teman sebangkuku. Bia namanya. Dia teman sebangkuku. Tubuhnya padat berisi. Dia lincah seperti kelinci. Melompat kesana kemari dengan tubuhnya yang gembul. Dia mengibaratkan dirinya sebagai tempat sampahku. Yup, dirinyalah tempatku membuang segala uneg-unegku. Dari cerita senang hingga susah kuceritakan padanya. Dia orang lain pertama yang paling kupercaya. Meski dengan sifat yang blak-blakan cenderung cuek, Bia bagiku sosok saudara, sahabat, dan kakak yang baik.

"Woi, siaran mulu pagi-pagi!" aku mengagetkan Bia.
"Ebi sayang, kalau Bia pagi-pagi nggak ngoceh, nanti seluruh penghuni SMA ini pada gelisah."
"Iya deh.. Percaya."
"Eh... Ebi, dah ngerjain PR kan? Nyontek dunk?"
"Wuuuuu.... kerjaan nyontek aja lu gedhein." Begitulah kami berdua. Blak-blakan dan saling melengkapi.

Bel tanda masuk berbunyi. Jam pertama adalah pelajaran matematika. Kalau kata teman-teman SMA ini, pelajaran matimatian. Gimana nggak, tiap jam pelajaran matematika, Pak Beni ini selalu memberi tugas yang jumlahnya ngalahin antrian BPJS di rumah sakit. Istilah keren dari kami para siswanya adalah SGT atau Suwek Garap Tumpuk, dalam bahasa Indonesia artinya sobek kerjakan kumpulkan.

"Anak-anak, kerjakan uji kompetensi 5 halaman 107 buku paket!" teriak Pak Beni
"Berapa nomor pak?"
"SEMUA."
"Haaaaaaaaa.... 55 nomor?!!!!" teriak kami satu kelas.

Dua jam pelajaran tak cukup buat kami mengerjakan 55 nomor. Pak Beni memerintahkan kami mengumpulkan tugas semampunya. Hari ini kemampuanku mengasah otak dan menghitung angka cukup 30 nomor saja. Dan efeknya, jari-jari lentikku ini merindukan pijatan tiap kali selesai jam pelajaran matematika. CAPEEEEEEK!!!

"Ebi... aku ngantuk berat nich, beli minuman yuk ke kantin!" ajak Bia
"Belum istirahat Bia."
"Bentar aja kok. Lagian Bu Tian pasti telat masuknya."

Kami berdua diam-diam pergi ke kantin sekolah. Di kantin cukup sepi, karena memang belum saatnya jam istirahat. Kami membeli minuman kaleng. Tiba-tiba....... GUBRAAAAAAK. Seketika kami yang berada di kantin menoleh mencari sumber suara mengagetkan tersebut. Tumpukan kardus mie instan kocar-kacir karena ditendang oleh seorang cowok yang tak kukenal. Dia juga tak berseragam SMA. Kalau diperhatikan dia seorang mahasiswa.

"Ya Allah.... Gantengnya." Teriak Bia spontan

Teriakan Bia tersebut membuat seisi kantin tersenyum. Kuakui sih, pemuda tersebut memang ganteng. Dengan kulit putih, hidung mancung, dan tubuh tegap, pantaslah jika dia mendapatkan kategori ganteng.

"Maaf Bu." pemuda tersebut minta maaf sama Mbak Mi. Mbak Mi adalah pemilik kantin.
"Nggak apa-apa mas. Cuma kardus saja, bisa dibereskan lagi."
"Terima kasih Bu."
"Udah, jangan panggil Bu. Panggil saja Mbak Mi." goda Mbak Mi. Pemuda tersebut tersenyum.
"Mas ganteng mau pesan apa?" lanjut Mbak Mi
"Es teh tawar Mbak."
"Ok, tunggu ya."

Mbak Mi berlalu. Pemuda tersebut duduk di bangku paling pojok. Bia masih dengan kekagumannya. Masih melongo melihat kegantengan si cowok itu.

"Woiiii!!!" Teriakku
"Apaan sich?"
"Buruan ayoooo ke kelas!"

Bergegas kami kembali ke kelas. Duuuuuch, APES. Bu Tian dengan wajah merah menahan marah sudah menyambut kami. Kami spontan merunduk.

"Darimana kalian?!" tanya bu Tian galak.
"Dari belakang buuu." jawabku
"Dari belakang mana?"
"Hmmmmmm....."
"Kantin?"
"Iiiiiiya bu."
"Ok.. Kalian tahu ini belum saatnya jam istirahat. Kalau hanya sekedar haus, kalian kan bisa bawa minuman dari rumah."
"Iya bu, kami salah."
"Sudah, kali ini bu Tian maafkan. Sana masuk kelas!"

Seluruh kelas menyoraki kami berdua. Bia kali ini tak menggubris bu Tian dan sorakan teman-teman. Bia masih terpesona dengan cowok ganteng di kantin tadi.




Penasaran dengan kelanjutan cerita Abang (Ebi) kan? Pasti pada bertanya-tanya siapa pemuda di kantin tersebut? Tunggu ceritanya Rabu depan ya...




Selasa, 17 Juli 2018

Sebulan Lagi, Lomba Blog Pendidikan Keluarga Ditutup

Selasa, Juli 17, 2018 2 Comments

Assalamu'alaikum semuaa... Semangat pagi untuk kita semua.. Sudah punya list lomba blog untuk bulan Juli dan Agustus? Belum? Lomba blog pendidikan keluarga cocok nich ditambahkan dalam list kita.



Lomba blog pendidikan keluarga akan ditutup pada tanggal 14 Agustus 2018. Total hadiah yang akan diperebutkan sebesar 46 juta rupiah. Lumayan kan, buruan yuk ikut! Berikut ketentuan dan prosedur lomba blog pendidikan keluarga.

Ketentuan Lomba

  1. Peserta adalah warga negara Indonesia (WNI);
  2. Setiap peserta wajib menulis artikel dengan tema "Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian" di blog masing-masing;
  3. Blog yang dilombakan mencantumkan tanda tagar (#) #sahabatkeluarga di akhir tulisan;
  4. Menyertakan minimal satu judul berikut hyperlink/ tautan dari laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id;
  5. Peserta dapat mengikuti lebih dari satu tulisan;
  6. Tidak mengandung SARA dan pornografi;
  7. Blog yang dilombakan dipublikasikan pada tanggal 1 Maret - 14 Agustus 2018;
  8. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak boleh diganggu gugat.


Baca juga: Menjadi Keluarga di Era Kekinian 


Prosedur

  1. Tulisan merupakan hasil karya sendiri dan dipublikasikan pada blog pribadi pada tanggal 1 Maret - 14 Agustus 2018;
  2. Tulisan diterima panitia paling lambat 14 Agustus 2018;
  3. Peserta mengirimkan tulisan melalui email lombablog.keluarga@kemdikbud.go.id dengan melampirkan:
  • Print screen tulisan di blog;
  • Link blog;
  • Identitas pengirim sesuai KTP;
  • Salinan/ Scan KTP/SIM.


Baca juga: Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian: Keluarga Terlibat untuk Sekolah Hebat


Pengumuman Pemenang

  1. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 8 September 2018;
  2. Hadiah akan diberikan pada kegiatan Apresiasi Pendidikan Keluarga pada bulan Oktober 2018.

Buruan ikut yuk, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi laman sahabat keluarga. Semoga menjadi salah satu pemenangnya ya... Amiin





Senin, 16 Juli 2018

Hari Pertama Masuk Sekolah Dasar untuk Anakku Arsakha

Senin, Juli 16, 2018 0 Comments
Tepat hari ini yaitu Senin, 16 Juli 2018 anak sulungku masuk sekolah dasar. Alhamdulillah kata papa, mas kaka tidak rewel masuk pertama kali. Sebenarnya, hari ini ada kesedihan mendalam untukku. Lho kenapa sedih? 

Ketika anak sulungku butuh pendampinganku ketika masuk pertama kali, aku terikat dengan kewajiban untuk menyambut anak-anak yang juga perlu pendampingan pertama bagi orang tua.  Maklum, mamanya ini punya tugas sebagai pendidik alias guru.



Alhamdulillah meski hanya diantar oleh papa, si mas kaka tetap senang dan tanpa acara mogok. Dahulu, ketika masih TK ada drama nangis menangis kalau tidak mama yang mengantar. Alhamdulillah, anakku sudah besar. Anakku sudah paham apa pekerjaan orang tuanya. Jadi, dia maklum jika pertama menginjak kaki di SD tanpa diantar oleh sang mama.



Alhamdulillah, melalui group parenting kelas yaitu whatsApp wali murid dan wali kelas, aku masih bisa melihat keseruan si sulung ketika menerima pengarahan "Pengenalan Lingkungan Sekolah" oleh para guru.



Bahagia sekali melihat anakku yang dahulu masih bayi, sekarang sudah berumur 6 tahun dan menginjakkan kaki ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi anak yang soleh dan pintar ya mas... Semoga di awal masuk SD ini menjadi permulaan engkau meraih mimpi tinggimu. Amin...

Baca juga : Adat Selapanan Bayi





Rabu, 11 Juli 2018

Cilok Rumahan Murah, Enak, dan Bergizi

Rabu, Juli 11, 2018 2 Comments
Assalamu'alaikum.. Ketika berkumpul dengan keluarga, hal yang paling sering dilakukan adalah saling bercerita alias curhat sembari ngemil. Betul tidak? Nah, camilan yang kerap kusajikan ketika berkumpul dengan suami dan anak-anak adalah gorengan. Suamiku paling hobi makan gorengan terutama bakwan. Bahkan, hobi makan bakwan tersebut kini turun ke anak-anak kami. Mereka juga senang makan bakwan. Jadi, sang mama ini kalau masak harus ada gorengan bakwan sayur.

Namun, kali ini sang suami tercinta request menu camilan lain. Suamiku pengin makan cilok. Wuaduuuh cilok? Putar otak lah, soalnya belum pernah bikin camilan satu ini. Akhirnya tanya dech dengan si mbah yang tahu segalanya. Yup, aku tanya mbah google. Setelah resep kusimpan, mulai eksekusi. Kebetulan semua bahan tersedia didapur, kecuali tepung sagu. Si suami tercinta dengan senang hati pun pergi untuk membeli si tepung. Mulai dech bikin cilok ala mama Linna. Apa saja bahannya? 

Bahan Cilok

  • Tepung terigu (aku pakai 5 sendok makan);
  • Tepung sagu (aku pakai sagu tani, 5 sendok makan);
  • air hangat

Bumbu Cilok

  • Merica
  • Bawang putih (aku pakai 2 siung)
  • Daun bawang
 

Cara Membuat

1. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menguleg bawang putih, merica, dan garam secukupnya sampai halus;

2. Campur jadi satu tepung terigu dan sagu ke satu tempat;


3. Beri bumbu halus ke campuran tepung;


4. Tuang air hangat sedikit-sedikit sambil diuleni, hingga seperti gambar;


5. Bulat-bulat sesuai selera;



6. Rebus cilok hingga melayang;



7. Angkat dan tiriskan;




Cilok rumahan siap disantap menemani hari keluarga. Cocok sekali disajikan dengan segelas wedang markisa atau teh. Semoga cilok rumahan murah, enak, dan bergizi ini cocok menemani hari keluarga anda. Cilok ini rasanya tidak kalah sama abang-abang yang jual di jalan lho.. Sajikan dengan kecap saja sudah enak. Selamat mencoba dan menikmati. 




Selasa, 03 Juli 2018

Selamat Ulang Tahun yang ke-15 Google Adsense

Selasa, Juli 03, 2018 0 Comments
Tengah malam ini tiba-tiba terbangun dari mimpi indah. Cuz sholat terus kulanjutkan buka laptop. Laman pertama yang kubuka adalah Blogger dan google adsense. Tahukah anda, ada yang menarik di laman adsense lho?



Bukan nominal pendapatan yang membuat mata indahku ini tertarik. Namun, sebuah balon melayang di pojok kiri atas laman google adsense. Gambar tersebut sekaligus memberitahuku bahwa adsense sedang merayakan sesuatu. Merayakan apa?

Yup, tebakan anda semua benar sekali, adsense merayakan ulang tahun ke-15 tahun. Setelah kita klik gambar tersebut, akan ada video tentang perjalanan 15 tahun adsense. Masih muda ya? Namun, sudah banyak membantu banyak orang mewujudkan mimpi. Semoga aku adalah salah satunya.. Amin

Berbicara perjalanan adsense yang sudah 15 tahun, aku mau bercerita tentang pertemuanku dengan adsense. Kapan mengenal adsense? Sudah pernah merasakan manfaat adsense belum? Dan pengalaman lainnya.

Kapan aku mengenal adsense?

Sudah hampir tiga tahun aku menggunakan adsense untuk menayangkan iklanku. Aku mengenal adsense ketika bergabung dengan salah satu komunitas di G+. Dari situ banyak ilmu masuk. Ilmu dari dunia blog. Termasuk cara bagaimana memonetisasi blog agar bisa menghasilkan uang.

Dan alhamdulillah, meskipun sudah bertahun-tahun bersama adsense, belum pernah sekalipun pay out. Namun, hal itu tak membuatku malas untuk tetap ngeblog. Kenapa kok belum pay out? Jawabannya adalah karena ngeblog hanyalah hobi disela pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga dan guru. 

Baca ini: iklan adsense kembali setelah blog full approve


Sudah pernahkah merasakan manfaat adsense?

Banyak sekali manfaat yang kudapat semenjak mengenal adsense. Salah satunya adalah termotivasi untuk memperbaiki konten dan laman blog agar banyak pengunjung datang serta meninggalkan komentar.

Sedikit-sedikit blog yang kubangun mulai bergeliat. Aku mulai paham bagaimana cara mengganti template, menulis konten yang baik, dan lain-lain. Intinya, mengenal adsense membuatku juauuuuuuuh lebih pintar dalam ngeblog.

Selamat ulang tahun google adsense. Semoga semakin yahud, dan makin banyak membantu orang mewujudkan impian. Dan semoga tahun ini bisa menjadi tahun pertama aku merasakan bayaran dari google adsense.. AMiiiiiiin...