Peran Guru dalam Merdeka Belajar Menurut Filosofi Jawa
sinau bareng
Sabtu, Mei 28, 2022
10 Comments
Pesan singkat seperti di atas kerap kali masuk di smartphone oppo F7 milikku. Pesan yang dikirim melalui aplikasi chat tersebut berisi menanyakan tugas, materi, bahkan curhat.
Apakah hal tersebut wajar?
Konsep pembelajaran zaman sekarang berbeda 180 derajat dengan beberapa tahun yang lalu. Pembelajaran tak hanya bertatap muka di dalam kelas. Namun, bisa dimanapun dan kapanpun.
Jadi apakah wajar? Jawabnya tentu saja wajar. Komunikasi yang semula bisa dilakukan di dalam kelas terkendala dengan adanya pandemi covid 19. Komunikasi melalui chat seperti whatApps sangat efektif dimanfaatkan pada pembelajaran daring. Bertanya tentang tugas, materi, dan hal-hal lain bisa dilakukan oleh murid secara mudah. Interaksi melalui chat whatsApp juga efektif digunakan guru untuk mengetahui segala permasalahan yang dihadapi oleh murid di luar jam pelajaran.
Bagaimana konsep pembelajaran zaman sekarang?
Peran teknologi dan komunikasi saat pembelajaran jarak jauh amatlah vital. Berdasarkan pengalaman pribadi, memanfaatkan teknologi dan komunikasi sangat membantuku sebagai guru dalam penyampaian materi pelajaran, komunikasi, dan pengembangan diri.
Learning Management System (LMS) seperti google classroom kusulap sebagai kelas maya pengganti kelas tatap muka di sekolah. Media sosial tak hanya difungsikan sebagai ajang pamer kehidupan pribadi guru, tapi juga membagikan materi pelajaran. Youtube, tiktok, instagram, facebook, blog, dan whatsApp adalah beberapa media yang kupilih untuk pembelajaran saat pandemi.
Dari sini, bisa dilihat bahwa konsep pembelajaran sudah bergeser. Sebelum pandemi, media pembelajaran favorit adalah power point dan sumber belajar terbatas hanya pada buku paket. Namun, sekarang sumber belajar tersajikan luas di internet. Video edukasi, konten edukasi, laboratorium maya, ebook, dan masih banyak lagi pilihan sumber belajar lainnya.
Melihat pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, tak heran jika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita yaitu Nadiem Makarim mengusung konsep merdeka belajar.
Apa itu merdeka belajar?
Definisi merdeka menurut KBBI adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), tidak terkena atau lepas dari tuntutan, dan tidak terikat, tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Berdasarkan definisi merdeka dan belajar menurut KBBI diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa merdeka belajar adalah bebas memperoleh ilmu pengetahuan tanpa ada ikatan dari pihak tertentu. Kesimpulan tersebut sejalan dengan apa yang diprogramkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem bahwa merdeka belajar merupakan program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka dan bebas sesuai dengan minat dan karakter yang dimiliki.
Bagaimana peran guru dalam mewujudkan merdeka belajar?
Merdeka belajar yang digaungkan oleh Mendikbud yaitu Nadiem Makarim perlu diapresiasi. Gagasan merdeka belajar memiliki tujuan utama yaitu mereformasi pendidikan yang ada di Indonesia. Dan guru adalah salah satu garda terdepan suksesnya merdeka belajar. Bagaimana peran guru untuk mewujudkan merdeka belajar? Berikut adalah 3 filosofi Jawa yang relevan dengan peran guru dalam mewujudkan merdeka belajar.
Pertama adalah digugu lan ditiru. Guru yang memiliki cangkriman wancah digugu lan ditiru lagaknya masih relevan di era sekarang ini. Apa yang dilakukan oleh guru pasti akan disorot. Guru adalah sebuah profesi yang mulia. Peran guru dalam proses pendidikan di Indonesia amatlah penting. Guru merupakan salah satu agen perubahan yang membawa secercah harapan tinggi keberlangsungan pendidikan di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi.
Namun, peran guru tak bisa tergantikan oleh teknologi apapun. Teknologi dan informasi memang memberi solusi pada pembelajaran, tapi peran guru tetap tak bisa tergantikan. Guru tetap menjadi pioner utama dalam pendidikan anak di sekolah. Selain mentransfer ilmu, guru juga menjadi orang tua kedua bagi siswa. Guru mendidik tata krama, kedisiplinan, dan nilai-nilai hidup yang lain.
Semangat merdeka belajar menitikberatkan pembentukan karakter siswa dengan mewujudkan profil pelajar pancasila. Enam ciri utama profil pelajar pancasila yaitu
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
- Mandiri
- Berkebinekaan global
- Bergotong-royong
- Bernalar kritis
- Kreatif
Keenam dimensi profil pelajar pancasila tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling berkaitan. Dalam mewujudkan profil pelajar pancasila tersebut, guru sebagai seorang pendidik harus bisa digugu dan ditiru. Di masa yang akan datang, pengaruh-pengaruh yang ditanamkan oleh guru menjadi salah satu sumber penentu anak dalam mengambil keputusan. Mengapa, karena seringkali murid terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh gurunya dulu.
Filosofi Jawa kedua yang menurutku relevan adalah urip iku urup. Salah satu peribahasa Jawa yaitu "urip iku urup" amatlah cocok jika dikaitkan dengan peran guru dalam mewujudkan merdeka belajar. Seorang guru menjadi penerang bagi siswanya. Guru memberikan ilmu kepada siswa tanpa pamrih. Dulu siswa yang tak bisa baca, tulis, dan hitung, tapi berkat diajarkan oleh guru, bisa tumbuh menjadi seorang presiden, insinyur, menteri, dokter, dan masih banyak lagi.
Dalam mewujudkan merdeka belajar, guru berperan mendorong peningkatan prestasi baik akademik maupun non akademik. Guru mengarahkan agar murid belajar sesuai dengan bakat dan minat agar di masa depan mereka memperoleh kebahagiaan.
Guru mendorong agar murid mampu mengolah pikiran (olah cipta), pengembangan budi pekerti (olah rasa), kemauan (olah karsa), dan olah raga. Jika keempatnya bisa diolah secara baik, maka murid akan tumbuh secara baik.
Ketiga adalah aja adigang, adigung, adiguna. Adigang, adigung, adiguna memiliki arti orang yang suka mengandalkan kekuatan, keluhuran, dan kepintaran. Seorang guru tidak boleh memiliki sifat adigang, adigung, adiguna.
Kenapa tidak boleh? Hal tersebut disebabkan bahwa seorang guru adalah sosok pembelajar sepanjang hayat. Guru terus belajar menyesuaikan kondisi zaman. Jadi, menyombongkan diri merupakan kegiatan yang unfaedah.
Guru harus senantiasa mengembangkan diri. Pengembangan diri bisa dilakukan dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti webinar, workshop, bimtek, dan lain sebagainya. Salah satu kegiatan yang dapat menambah ilmu dan pengalaman adalah NGUPING SATUGURU.
NGUPING SATUGURU merupakan kegiatan berbagi pengalaman antara guru-guru hebat dari Aceh hingga Papua. Melalui kegiatan seperti NGUPING SATUGURU tersebut, guru bisa belajar dari pengalaman guru-guru lainnya.
Banner NGUPING SATUGURU |
Kegiatan-kegiatan tersebut amat bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri pendidik. Pendidik harus terus berinovasi dan kreatif demi terwujudnya merdeka belajar untuk mempersiapkan murid menghadapi perkembangan zaman.
Kompetensi Abad 21 |
Salah satu yang penting untuk masa depan murid adalah kompetensi abad 21. Kompetensi abad 21 tersebut meliputi critical thinking, komunikasi, kreatif inovatif, dan kolaborasi. Keempat kompetensi tersebut berpusat pada murid. Guru hanya sebagai fasilitator yaitu membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh murid.
Itulah 3 filosofi Jawa yang menurutku relevan dengan peran guru dalam merdeka belajar. Semoga kita sebagai guru bisa bermanfaat dan mengantarkan anak didik menuju kebahagiaan dan keselamatan.
Sumber bacaan:
guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri
kbbi.kemdikbud.go.id
video NGUPING SATUGURU