Selasa, 29 Oktober 2019

Nikmatnya Olahan Bandeng di Rindang 84

Selasa, Oktober 29, 2019 2 Comments
Assalamu'alaikum.... Semangat pagi... Hari ini mau rekomendasikan tempat makan di Kabupaten Pati. Siapa sich manusia di dunia ini yang gak doyan makan. Kabupaten Pati itu terkenal dengan ikan bandengnya. Terlihat jelas di monumen ikan bandeng di jalan lingkar pantura. 



Selain monumen ikan bandeng, siapa sich gak pernah dengar oleh-oleh di Semarang yang terkenal?? Yup, oleh-oleh Ikan Bandeng Juwana. Juwana adalah salah satu kecamatan penghasil ikan terbesar di Kabupaten Pati. Dan menjadi salah satu ikon oleh-oleh terbesar di Jawa Tengah. 

Kok bahasnya bandeng sich? Iya, seperti tulisanku di awal, kali ini aku mau merekomendasikan tempat makan yang 80%-nya menyajikan olahan ikan bandeng yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Pati.  Duch, pasti dah pada bayangin nikmatnya olahan ikan bandeng kan? Ada salah satu tempat makan yang menyediakan bermacam-macam olahan ikan bandeng di Kabupaten Pati.  Tempat makan tersebut adalah "Rindang 84". RM "Rindang 84" menjadi tempat memanjakan lidah bagi penggemar kuliner ikan bandeng. 


Menu Utama RM "Rindang 84"


"Rindang 84" tak pernah sepi pengunjung. Penikmat kuliner olahan bandeng pasti tak pernah  menyesal dengan pelayanan dan cita rasa yang ditawarkan RM "Rindang 84". Apa saja menu yang ada di RM "Rindang 84"? Sayangnya beberapa waktu lalu pas ke sana lupa fotoin menu. Tapi beberapa masih ingat kok menu yang ditawarkan. Berikut menunya.
  1. Bandeng bakar
  2. Bandeng presto
  3. Bandeng krispi
  4. Otak-otak bandeng
  5. Bakso bandeng
  6. Galantin bandeng
  7. Tahu bakso bandeng
  8. Waleran (kinca) bandeng



Selain menu utama olahan bandeng, di RM "Rindang 84" juga menyediakan makanan lain. Menu makanan lain tersebut diantaranya adalah
  1. Ayam goreng
  2. Ayam bakar
  3. cah kangkung
  4. mie goreng

Fasilitas


Ngomong tentag fisik RM "Rindang 84" ini pun semangat. RM "Rindang 84" memiliki desain tempat yang nyaman. Ada pilihan lesehan dan meja makan tinggal pilih. Pelayanan ramah. Ada tempat cuci tangan dan toilet yang bersih. Bahkan, ada pojok bacanya juga lho. Tapi, kalau ini bukunya tidak bebas dibaca. Soalnya bukunya dijual. Buat pengelola RM "Rindang 84" bisa jadi saran nich, supaya buku yang tersedia di pojok baca bebas di baca anak-anak dan pengunjung lainnya.




Alamat RM "Rindang 84"


RM "Rindang 84" beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 30, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Carinya mudah kok. Tinggal cek di google map, ketik RM "Rindang 84" muncul dech petunjuk arahnya. 




Makin ngiler kan ea bayangin enaknya berbagai olahan bandeng yang ada di RM "Rindang '84". Yuk, yang kebetulan lewat di Kabupaten Pati cuz dech mampir. Dan RM "Rindang 84" ini pun menyediakan oleh-oleh untuk dibawa pulang. Kita bisa bawa apa saja ea?

Oleh-oleh RM "Rindang 84"

  1. Bandeng presto frozen
  2. Bakso bandeng frozen
  3. Otak-otak bandeng frozen
  4. Bandeng krispi frozen

Sekian tulisanku. Semoga bermanfaat ea. Selamat menikmati olahan ikan bandeng di RM "Rindang 84".









Sabtu, 26 Oktober 2019

Napak Tilas "Gerbang Majapahit" Bersama MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Pati

Sabtu, Oktober 26, 2019 3 Comments
Assalamu'alaikum... Alhamdulillah masih diberikan kesehatan yang luar biasa oleh Allah SWT, sehingga kali ini bisa berbagi cerita. Sebenarnya ini cerita awal bulan lalu, tepatnya tanggal 3 Oktober 2019. Hari itu Kamis, 3 Oktober 2019 ada kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa Kabupaten Pati. Alhamdulillah, saat itu diberikan kesehatan untuk ikut serta dalam kegiatan MGMP. 



Kegiatan MGMP hari itu lain dari biasanya. Para pangarsa MGMP menjadwalkan kegiatan jalan-jalan atau istilahnya napak tilas ke berbagai tempat bersejarah yang ada di Kabupaten Pati. Perjalanan di awali ke Desa Rendhole yaitu ke tempat Gerbang Majapahit, dilanjutkan ke Sendang Sani, dan terakhir ke Genuk Kemiri. Cerita Sendang Sani sudah pernah kutulis di artikel lain dalam blog ini.

baca ini: sendang-sani-versi-disdikpora-pati


Nah, kali ini mau cerita tentang Gerbang Majapahit. Kok bisa ea Gerbang Majapahit ada di Kabupaten Pati? Padahal, menurut sejarah, Majapahit ada di Jawa Timur? Penasaran? Tetep baca artikel ini sampai habis.


Asal Muasal Cerita


Cerita diawali ketika Sunan Muria selesai dari perkumpulan. Ketika beliau pulang, jalan yang dilewati banjir. Kemudian Sunan Muria berujar, "Sapa sing bisa nyabrangake aku, yen lanang dadi adhiku, dene yen wadon dadi bojoku."

Kebetulan ketika itu ada seorang penggembala kerbau dengan putrinya. Pengembala tersebut bernama Mbah Seba Menggala. Mendengar berkataan Sunan Muria, Hapsari sang putri Mbah Seba Menggala berniat membantu. Hapsari menunggangi kerbau untuk menolong Sunan Muria menyebrang. Sunan Muria kemudia naik ke punggung kerbau milik Hapsari. 



Akhirnya, Sunan Muria berhasil menyebrangi banjir. Untuk menepati janjinya, Sunan Muria pun menikahi Hapsari. Pernikahan berlangsung kurang lebih 1 bulan. Setelah 1 bulan, Sunan Muria kembali ke padepokan Muria dan meninggalkan Hapsari.

Sepeninggal Sunan Muria, Hapsari melahirkan seorang putra dan diberi nama Raden Bambang Kebo Nyabrang. Nama tersebut di berikan Hapsari karena berhasil menyebrangkan Sunan Muria dengan bantuan seekor kerbau. Hapsari meninggal dunia dan Raden Bambang Kebo Nyabrang diasuh kakeknya yaitu Mbah Seba Menggala.

tampak belakang


Setelah dewasa, Kebo Nyabrang bertanya, "Sabenere aku iki anake sapa Mbah?". Kakeknya sudah tidak bisa menutupi asal-usul Kebo Nyabrang dan akhirnya menceritakan bahwa dia adalah anak Hapsari dengan Sunan Muria. Mendengar cerita tersebut, Bambang Kebo Nyabrang pergi untuk bertemu Sunan Muria.

Dia pergi ke padepokan Muria. Ketika bertemu, dia menanyakan kebenaran tentang dirinya. Apakah benar, dirinya adalah putra Sunan Muria. Sunan Muria awalnya mengelak. Kebo Nyabrang kemudian mengeluarkan benda untuk memperkuat jati dirinya. Untuk meyakinkan diri, Sunan Muria memberi satu persyaratan. 

Gerbang Majapahit Sampai Ke Pati

Persyaratan yang diberikan Sunan Muria adalah membawa pintu gerbang Majapahit yaitu pintu Bajang Ratu. Bambang Kebo Nyabrang menyetujui syarat tersebut dan pergi ke Mojokerto untuk mengambil pintu tersebut. 



Di tempat lain, di padepokan Sunan Ngerang, salah satu muridnya yang bernama Raden Rangga berkeinginan menyunting sang putri yaitu Rara Pujiwat. Namun, Rara Pujiwat memberikan satu syarat agar mau dipersunting oleh Raden Rangga. Syarat yang diajukan Rara Pujiwat adalah Ki Rangga mau memboyong pintu gerbang Majapahit ke padepokan Sunan Ngerang. Raden Rangga menyanggupi dan pergi ke Mojokerto. 

Namun, sesampainya di Mojokerto, Raden Rangga kecewa. Kekecewaan tersebut lantaran pintu Bajang Ratu sudah ditidak ada ditempatnya. Pintu tersebut telah dibawa oleh seorang pemuda ke Gunung Muria. Pemuda tersebut tak lain adalah Raden Bambang Kebo Nyabrang.



Raden Rangga pun mengejar Raden Bambang Kebo Nyabrang. Raden Bambang Kebo Nyabrang berhasil disusul. Raden Rangga pun meminta pintu tersebut, tetapi Bambang KEbo Nyabrang tidak mau menyerahkannya.

Pertempuran tak terelakkan lagi. Keduanya bertengkar hebat selama 35 hari. Sunan Muria mendengar pertengkaran tersebut akhirnya turun tangan. Sunan Muria berkata, "Wis lerena, sakloron padha bandhole!" perintah beliau.



Akhirnya kedua orang tersebut berhenti bertarung. Tempat peleraian tersebut sekarang dikenal dengan nama desa Rendhole dari kata padha bandhole. Sunan Muria pun mengakui Raden Bambang Kebo Nyabrang sebagai putranya. Dan disuruh menjaga pintu gerbang Majapahit.

Raden Rangga pun pulang ke padepokan Ngerang dengan membawa pathek pintu yang melengkung ke hadapan Rara Pujiwat. Namun, Rara Pujiwat tidak mau, dia menginginkan pintunya bukan patheknya. Raden Rangga marah. Pathek pintu tersebut dilempar ke Rara Pujiwat. Rara Pujiwat terkena lemparan pathek tersebut dan tenggelam ke sungai.

Kondisi Gerbang Majapahit Saat Ini


Di atas adalah cerita singkat dari asal muasal gerbang Majapahit sampai di desa Rendhole. Kondisi gerbang Majapahit yang ada di desa Rendhole ini sudah tidak 100% asli. Ada beberapa bagian kayu yang diganti. Di tempat tersebut juga ada sirap kayu atau atap kayu asli dari pintu gerbang Majapahit menumpuk di depan pintu.




Di sana juga tumbuh subur pohon "adem-adem ati". Menurut Pak Enggar penjaga pintu gerbang Majapahit, setiap 6 tahun sekali kayu diberi cairan kimia.




Sumber: Pak Enggar (plawang gerbang majapahit)





Selasa, 22 Oktober 2019

Kehilangan Seorang Pahlawan Hidupku "IBU"

Selasa, Oktober 22, 2019 0 Comments
Assalamu'alaikum... Baca judul postingan kali ini sedih ea. Yup, sudah kurang lebih 12 hari aku kehilangan sosok pahlawan dalam hidupku yaitu ibu. Tepatnya tanggal 11 Oktober 2019 kurang lebih pukul 15:00 WIB.



Ditinggal seorang ibu seperti mimpi. Mimpi disiang bolong. Kenapa seperti mimpi? Bagiku ini mimpi yang menyedihkan. Ibu yang pagi hari masih berjualan di pasar dan siang ketika aku pulang dari mengajar pun terlihat sehat karena beliau memasak untuk kami.

Kebetulan hari itu Jumat. Di hari Jumat, bapak berjualan pun setengah hari. Aku pulang kerja pun pukul 12 siang sampai rumah. Di hari tersebut, adikku yang kedua kebetulan berkunjung bersama suami dan anaknya. Sedangkan adikku yang ketiga tidak masuk sekolah.

Siang hari sepulang dari Jumatan kejadian memilukan dan mengagetkan tersebut terjadi. Bapak yang menonton televisi tiba-tiba dikagetkan dengan suara ibu yang "pelo". Bapak menjerit dan aku bergegas menghampiri. Seketika itu aku shock. Aku berlari mencari pertolongan untuk membawa ibu ke rumah sakit. Adik iparku bergegas mencari bantuan juga dan mengeluarkan mobil.



Suasana tiba-tiba ramai oleh saudara dan tetangga. Kakiku lemas. Perasaanku tak enak. Karena ketika ibu sudah tak sadarkan diri, tiba-tiba kotoran keluar dengan sendirinya. Ibu akhirnya di bawa ke rumah sakit di daerahku. Aku masih duduk lemas. Dengan mengumpulkan kekuatan, aku menyusul dengan mengendarai motor. 

Suamiku ketika kejadian langsung di telpon oleh mbak yang membantu di rumah. Dalam perjalanan, hatiku sudah was-was. Yup, aku menangis. Di tengah jalan, aku berpapasan dengan suami. Kemudian dia membututiku dari belakang menuju rumah sakit. Sampai di IGD, aku sudah tak bisa berkata-kata. Ibu sudah dipasangi berbagai alat bantu. Deteksi jantung, tekanan darah, oksigen, entah apa lagi yang terpasang.

Perawat rumah sakit memberi kami keluarga pesan agar mendampingi ibu. Aku di sebelah kanan ibu membisiki nama ALLAH. Bapak membisiki ditelingi kiri. Suamiku dan pak dhe membaca YASIN. Aku dan keluarga menunggu keajaiban. Tekanan darah ibu tinggi. Dari 264 ke 300 hingga drop dan akhirnya beliau meninggal dunia.

KAGET... Menangis... Secepat inikah kau meninggalkanku Buk... Aku belum sempat membahagiakanmu. Bahkan, aku masih seperti anak kecil yang selalu kau siapkan makanan sepulang aku sekolah. Ibukku yang selalu berpuasa ketika aku menghadapi ujian. Ibukku yang doanya manjur untukku. Ibukku yang kusayang...



Ibuk maafkan aku jika aku menyakitimu, maafkan segala perilakuku dan cucu-cucumu. Aku ikhlas buk. Hari Jumat, 11 Oktober 2019 KAU panggil surgaku ya Allah. Berikanlah beliau tempat terindahMu, surgaMu.. Ampuni segala dosa-dosanya. Lampangkanlah kuburnya.. Semoga husnul khotimah buk..



Yang menyayangimu, 

putri sulungmu
Linna



Jumat, 04 Oktober 2019

Artikel Ke-6 Dimuat Tribun Jateng

Jumat, Oktober 04, 2019 0 Comments
Assalamu'alaikum....
Semangat pagi... Tak terasa sudah hari Jumat nich. Tanggalan samping meja kerjaku menunjukkan hari ini tanggal 13 September 2019. Pokoknya setiap hari tetap sehat, semangat, dan tersenyum ea.

Kali ini mau nyimpen tulisanku yang dimuat di Tribun Jateng pada hari Selasa, 10 September 2019 yang lalu. Artikel ke-6 yang dimuat di media massa. Artikelku ini berjudul "Nasib Unggah-ungguh Basa Generasi Z di Era 4.0".

Artikel ini berisi uneg-unegku tentang generasi Z orang Jawa yang sudah jarang sekali menerapkan unggah-ungguh basa saat berkomunikasi dengan orang lain. Berikut artikel yang dimuat beberapa waktu yang lalu.